CARA BELAJAR YANG EFEKTIF
Mengawali
tulisan ini, saya ingin memberikan beberapa pemikiran dalam rangka
upaya untuk mengembangkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran.
Pokok-pokok pikiran ini merupakan bagian dari visi dan misi sekolah.
Pendidikan
merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas,
sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka
mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati
proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya
proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas.
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan
menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.
Berdasarkan
teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi
bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat
diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Buah
dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada
lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa
yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan
diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi
positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
Model
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan
pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja
sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan
adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai
sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan
sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002).
Pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah
dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia
sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret
(Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002)
bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak
menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan
penyelidikan di luar ruang kelas.
Konsep-konsep
sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa
melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari
diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya
kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar
untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya),
learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life
together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa
oleh guru.
Penulis
terilhami menuangkan tulisan ini dengan maksud untuk dikembangkan
menjadi visi misi sekolah sebagai prioritas untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat menjadi bahan
masukan bagi para guru untuk menengok lingkungan sekitar yang penuh arti
sebagai sumber belajar dan informasi yang mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran secara efektif. Model pendekatan ini pun relevan dengan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAIKEM), sehingga pada gilirannya dapat mencetak siswa yang cerdas dan
cinta lingkungan.
Siswa
boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara
lokal. Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan
mencari hikmah dari berbagai macam pengalaman bangsa-bangsa lain di
seluruh dunia, namun pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bangsa lain
tersebut dijadikan sebagai pembelajaran dalam tindakan di lingkungan
secara lokal. Dengan cara kerja seperti itu, kita tidak perlu melakukan
trial and error yang berkepanjangan, melainkan kita belajar dari
kesalahan-kesalahan orang lain, sementara kita sekadar meneruskan kerja
dari paradigma yang benar.
Bekerja
dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih,
baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar.
Katakanlah belajar ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan
sosial dan ekonomi sekitar dapat menjadi laboratorium alam. Pembelajaran
ini dapat dilakukan sembari melakukan pemberdayaan (empowering)
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sementara si
pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik dan
efisien. Mohamad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh adalah orang yang
banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan ekonomi. Dengan
mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan masyarakat
sekitar.
Dasar Pemikiran
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Mengembangkan kreativitas peserta didik
3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna
4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM)
5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna
6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat
7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan
8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya
9. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah
Pengertian PAIKEM
PAIKEM
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran
inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan.
Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran
inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan
ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat
waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja
rasa bosan.
Membangun
metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara
diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur
daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian
orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan
visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan
mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula
dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan
mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya
diri siswa.
Kreatif
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
(“time on task”) tinggi.
Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan
hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika
proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,
maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok
bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM
diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada
saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu
dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel
beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
Kemampuan Guru
|
Kegiatan Belajar Mengajar
|
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
|
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
· Percobaan
· Diskusi kelompok
· Memecahkan masalah
· Mencari informasi
· Menulis laporan/cerita/puisi
· Berkunjung keluar kelas
|
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.
|
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
· Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
· Gambar
· Studi kasus
· Nara sumber
Lingkungan
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
|
Siswa:
· Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
· Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
· Menarik kesimpulan
· Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
· Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
|
Melalui:
· Diskusi
· Lebih banyak pertanyaan terbuka
· Hasil karya yang merupakan anak sendiri
|
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
|
· Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
· Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
· Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan.
|
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
|
· Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
· Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
|
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
|
· Guru memantau kerja siswa.
· Guru memberikan umpan balik.
|
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat penulis simpulkan
bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis
lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan
berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam
proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
Filosofi
konstruktivisme perlu diketahui guru. Metode pembelajaran inquiry,
discovery, dan juga contextual learning, perlu diperkenalkan dan
dilatihkan kepada para guru kita. Leadership kepada sekolah juga perlu
memberi dukungan terhadap perubahan di sekolah
*****
Ada
satu metode mengajar yang cukup unik, yang sebenarnya sangat mungkin
dapat dicoba untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas. Karakteristik ”siswa aktif” amat menonjol dalam metode ini.
Demikian juga dengan karakteristik ”menyenangkan”. Pendek kata metode
ini dapat diterapkan di dalam proses belajar mengajar yang menggunakan
pendekatan PAKEM. Metode ini dikenal dengan nama foxfire.
Pengertian
Metode foxfire
sebenarnya merupakan metode penugasan atau pemberian tugas kepada
peserta didik untuk melakukan kajian kemasyarakatan ke suatu daerah,
kemudian hasil kajian itu disusun dalam bentuk tulisan singkat, dan
akhirnya diterbitkan sebagai bentuk laporan. Tentu saja, materi
penugasan tersebut adalah yang terkait dengan materi pelajaran yang
diajarkan.
Tujuan
Tujuan
yang akan dicapai dengan menggunakan metode ini adalah untuk (1)
meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga warisan sosial
dan budaya masyarakat, (2) meningkatkan keterampilan siswa dalam proses
pengumpulan data, dan (3) meningkatkan keterampilan menulis.
Latar Belakang
<p>Your
browser does not support iframes.</p> Pada tahun 1960-an, seorang
guru Bahasa Inggris di Clayton County, Georgia (Amerika Serikat)
berusaha mengajarkan mengarang yang lebih relevan kepada para siswanya
dengan cara melibatkan mereka dalam kegiatan studi tentang daerah
pegunungan di daerah itu, yakni terntang masyarakat dan
adat-istiadatnya. Karangan karya para siswa itu kemudian diterbitkan
oleh sebuah majalah. Para siswa menamakan cara ini dengan istilah foxfire,
setelah para siswa berhasil menulis karangan tentang keindahah bunga
pegunungan di daerah itu. Para siswa menyambut cara ini dengan penuh
semangat. Mereka secara aktif mengumpulkan data dan membuat karangan
tentang apa yang mereka temukan di daerah itu. Penerbitan hasil karya
mereka telah memberikan dorongan kepada mereka untuk bekerja dengan
keras, bekerja sama untuk mencapai hasil yang bermanfaat. Sejak itulah
banyak penerbit yang membukukan hasil karya siswa, dan sejak saat itu foxfire banyak ditiru oleh berbagai proyek, tidak saja di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia. Foxfire
telah mengubah data yang telah terkumpul menjadi karya yang dapat
disumbangkan dalam bentuk informasi yang berharga tentang daerah itu,
dan telah mendorong siswa untuk bekerja keras, baik dalam pengumpulan
data maupun dalam penulisan karangan yang akan diterbitkan.
Persyaratan, Kebaikan, dan Kelemahan
Ada dua persyaratan utama untuk dapat menerapkan metode foxfire ini. Pertama, guru harus bersedia untuk bekerja sama dengan siswa sebagai mentor yang membimbing dan memberikan petunjuk kepada siswa. Kedua, hasil kegiatan pengumpulan data harus diadministrasikan dengan baik untuk memudahkan pekerjaaan guru dan siswa.
Metode mengajar ini memiliki kelebihan yang luar biasa. Pertama, para siswa akan memiliki keterampilan dalam proses pengumpulan data lapangan. Kedua, para siswa akan memiliki keterampilan dalam menulis. Ketiga, terjadi kerja sama sinergis antara sekolah dengan penerbit. Keempat, memberikan bekal keterampilan kepada siswa untuk dapat memperoleh penghasilan melalui menulis. Kelima,
jika hasil karya siswa tersebut dapat diterbitkan dan laku dijual, maka
kegiatan siswa ini akan dapat menghasilkan pendapatan yang luar biasa (generate income).
Meskipun
demikian, metode mengajar ini memang memiliki beberapa kelemahan
sebagai berikut. Pertama, memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga
menyulitkan bagi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum untuk membuat
jadwal yang dapat mengakomodasi pelaksanaan metode ini. Kedua,
memerlukan guru yang benar-benar memiliki kemampuan untuk membimbing
siswa untuk dapat menulis.
Langkah-langkah Kegiatan Penerapan Metode Mengajar
Langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM dapat dilakukan sebagai berikut:
Langkah pertama: Persiapan.
Sudah barang tentu, pendidik telah menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai persiapan formal untuk menerapkan metode
mengajar ini. Guru juga telah mempersiapan semua perangkat media, alat,
dan prasyarat lain yang diperlukan untuk melaksanakan metode ini,
misalnya (1) surat perizinan (jika diperlukan), (2) contoh instrumen
wawancara yang akan digunakan oleh siswa, (3) contoh tulisan tentang
kisah seorang pekerja keras yang berhasil di suatu desa, contoh ”Petani
Pepaya” (Kompas, 19 April 2007), ”Pedagang Bunga”, dan sebagainya.
Metode mengajar ini akan dilaksanakan dengan membawa siswa untuk
mengikuti oubond ke suatu daerah pedesaan. Anak-anak selama
sehari atau dua hari untuk mengumpulkan data dan informasi tentang mata
pencaharian penduduk, dan kemudian menuliskan tentang apa-apa yang dapat
diperoleh dari kegiatan tersebut. Langkah persiapan ini dilakukan oleh
guru jauh sebelum proses pembelajaran dimulai.
Langkah kedua: Membuka pelajaran (appersepsi atau set induction). Jangan
lupa memberikan salam kepada semua siswa. Beritahukan kepada siswa
bahwa untuk pelajaran kali ini, para siswa akan diajak untuk
melaksanakan proses belajar mengajar dengan metode yang belum pernah
dilakukan, yakni yang disebut sebagai foxfire. Berikan kepada
siswa tentang metode foxfire ini secara jelas. Metode mengajar ini sudah
cukup efektif dapat dilaksanakan untuk siswa kelas tinggi di Sekolah
Dasar, misalnya kelas V dan VI. Topik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang akan diajarkan misalnya adalah ”Mata Pencaharian”. Ada
beberapa informasi yang harus disampaikan kepada siswa.
1.
Guru menjelaskan bahwa para siswa dalam waktu sehari dua hasil akan
diajak untuk mengumpulkan data tentang mata pencaharian penduduk desa.
Para siswa diberikan keterampilan untuk mengumpulkan data dengan cara
melakukan wawancara dengan masyarakat desa. Bahkan kalau perlu melakukan
observasi partisipatif, misalnya ikut memerah susu sapi, ikut menanam
padi, atau ikut membuat barang-barang keterampilan, dan sebagainya.
Metode ini dalam beberapa hal sama dengan metode widyawisata atau sinau
wisata, atau sekarang banyak dikenal dengan outbound di daerah alam
pegunungan, di daerah pedesaan. Kalau perlu untuk melaksanakan kegiatan
ini dibentuk panitia kecil, atau pembagian tugas untuk
pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siswa dengan didampingi
oleh dewan pendidik.
2.
Untuk dapat menulis tentang data yang berhasil dikumpulkan, para siswa
diberikan keterampilan dasar tentang menulis. Misalnya membuat kalimat
aktif secara singkat dalam bentuk S/P/O atau subyek-predikat-obyek.
Anak-anak dibiasakan dapat menulis kalimat aktif, singkat dan tidak
bertele-tele. Guru menjelaskan metode 5H dan 1W atau enam aspek yang
penting dalam membuat karangan, yakni apa, dimana, siapa, when, mengapa,
dan bagaimana. Apa yang terjadi, dimana kejadian itu, siapa yang
terlibat dalam kejadian itu, kapan terjadinya, mengapa hal itu terjadi,
dan bagaimana proses kejadian itu.
3.
Hal yang sangat penting untuk dijelaskan kepada siswa adalah tentang
rencana penerbitan semua tulisan yang dihasilkan dari kegiatan ini.
Kalau ada penerbit yang akan menerbitkan tulisan tersebut, maka sekolah
akan menerbitkan dalam bentuk buletin sekolah, atau juga dapat
dipajangkan di majalah dinding yang dikelola oleh para siswa.
Langkah Ketiga: Guru dan siswa berangkat ke daerah yang telah ditetapkan. Dengan
bimbingan beberapa guru yang dilibatkan dalam kegiatan ini, siswa mulai
melakukan kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen
wawancara yang telah diberikan kepada siswa. Ada beberapa siswa yang
bertugas mengambil gambar dengan menggunakan handycam dan tustel yang
sengaja mereka bawa. Dengan semangat, para siswa mecari dan menemui
responden yang telah ditetapkan. Minimal siswa harus dapat mewawancari,
misalnya 5 (lima) responden di daerah itu. Jika ada kesempatan, para
siswa dapat melakukan kegiatan observasi partisipatif bersama penduduk
di daerah itu, misalnya ikut menanam padi, ikut memanen kopi, ikut
memerah susu sapi, dan kegiatan lainnya. Kegiatan ini akan lebih dapat
memberikan pengalaman belajar yang sangat menyenangkan dan mengesankan
bagi siswa. Setelah kegiatan pengumpulan data dan informasi selesai
dilaksanakan, maka para guru dan siswa kembali ke sekolah dengan
menggunakan transportasi yang telah disiapkan. Selama perjalan pulang
pergi para siswa dan guru dapat bernyanyi dengan girangnya. Pesawat
televisi di bus biasanya dapat memutar lagu-lagu karaoke yang sangat
bermanfaat untuk kegiatan yang menyenangkan ini. Lagu-lagu dan permainan
pramuka dapat juga digunakan untuk menggairahkan semangat para siswa.
Langkah keempat: Pengolahan
data dan informasi yang berhasil dikumpulkan kemudian dapat dilakukan
di sekolah. Para siswa mengisi tabel yang telah disiapkan, menjumlah
data statistik, menghitung prosentase, mengumpulkan foto yang berhasil
dicetak, bahkan dapat pula membuat grafik yang diperlukan. Dari hasil
pengolahan data dan informasi itulah kemudian dibuatkan tulisan. Para
guru perlu memberikan bimbingan kepada siswa bagaimana menulis dengan
baik. Berikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukannya
sendiri. Jangan sekali-kali membuatkan tulisan untuk siswa. Biarkan
siswa membuat konsepnya, lalu berikan kepada teman lainnya untuk membaca
dan mengoreksi tulisan tersebut. Tulisan itu dikoreksi juga oleh para
guru. Akan lebih baik lagi jika semua itu dapat dikerjakan di ruang
laboratorium komputer. Kalau para siswa belum mempunyai kemampuan
menulis dengan mesin ketik atau menggunakan program Micorsoft Word di
komputer, para siswa dapat menulis di kertas biasa. Itu sudah terlalu
cukup.
Langkah Kelima:
Adakan diskusi kelas untuk membahas hasil pekerjaan siswa tersebut.
Berikan kesempatan kepada siswa yang diberikan tugas untuk menulis untuk
menjelaskan tentang tulisan yang dihasilkan. Kemudian, berikan kepada
semua siswa, atau kepada semua kelompok untuk memberikan komentar dan
koreksi terhadap tulisan tersebut. Guru dapat memberikan komentar dan
koreksi terhadap tulisan tersebut. Jangan sampai lupa memberikan
apresiasi kepada para siswa yang telah melaksanakan kegiatan ini.
Langkah Keenam:
Pajanglah semua hasil tulisan siswa tersebut di tempat yang telah
ditentukan. Jangan sekali-kali ada tulisan yang tidak dipajang. Berikan
kesempatan kepada kelas lain untuk menyaksikan hasil pekerjaan siswa.
Ajak kepala sekolah dan guru lainnya untuk memberikan apresiasi terhadap
hasil pekerjaan siswa.
Langkah ketujuh:
Undang penerbit untuk kemungkinan dapat menerbitkan semua hasil
tulisan siswa. Kalau bisa langsung dapat diterbitkan. Kalau perlu dapat
diedit terlebih dahulu oleh tim yang dibentuk untuk itu. Kalau tidak
dapat diterbitkan oleh penerbit, maka sekolah dapat menerbitkan dalam
bentuk majalah sekolah, atau dapat dijadikan bahan untuk penerbitan
majalan dinding di sekolah.
Jika
hasil tulisan siswa memang layak diterbitkan menjadi buku yang laku
dijual di pasar, maka tidak mustahil sekolah akan memperoleh keuntungan
yang tidak kecil dari kegiatan ini. Demikian juga dengan siswa. Kalau
metode ini dapat berjalan dengan lancar, maka uang yang diperoleh dari
kegiatan ini dapat digunakan untuk mengadakan peralatan yang diperlukan
oleh siswa, misalnya papan soft board, rak display, dan
kalau perlu dapat untuk menambah koleksi bukau di perpustakaan sekolah.
Alangkah indahnya kalau ini dapat dicapai. Siapa bilang sekolah tidak
dapat memperoleh income yang merupakan hasil dari kristalisasi keringat, para guru dan siswanya. Begitulah kata Tukul? Mudah-mudahan.
Refleksi
Metode
mengajar ini memang masih terasa agak asing bagi kebanyakan guru di
negeri ini. Tetapi, jika para pendidik dapat mencoba untuk
menerapkannya, maka metode itu akan membuat proses pembelajaran
berlansung lebih unik dan menarik. Pada awalnya, mungkin akan terasa
sulit, karena semua permulaan itu memang sulit. All beginning is difficult. Alah bisa karena biasa. Itulah kuncinya. Mudah-mudahan.